Proses
kerja penataan cahaya dalam pementasan teater membutuhkan waktu yang lama.
Seorang penata cahaya tidak hanya bekerja sehari atau dua hari menjelang
pementasan. Kejelian sangat diperlukan, karena fungsi tata cahaya tidak hanya
sekedar menerangi panggung pertunjukan. Kehadiran tata cahaya sangat membantu
dramatika lakon yang dipentaskan. Tidak jarang sebuah pertunjukan tampak sepektakuler
karena kerja tata cahayanya yang hebat. Untuk hasil yang terbaik, penata cahaya
perlu mengikuti prosedur kerja mulai dari menerima naskah sampai pementasan.
Prosedur
atau langkah kerja pada dasarnya dibuat untuk mempermudah kerja seseorang. Dari
gambar di atas dapat diketahui bahwa kerja penata cahaya tidak hanya sekedar
menata lampu, menghidupkan, dan mematikannya.
3.5.1
Mempelajari Naskah
Naskah
lakon adalah bahan dasar ekspresi artistik pementasan teater. Semua kreativitas
yang dihasilkan mengacu pada lakon yang dipilih. Tidak hanya sutradara dan
aktor yang perlu mempelajari naskah lakon. Penata cahaya pun perlu mempelajari
naskah lakon. Berbeda dengan aktor yang berkutat pada karakter tokoh peran,
penata cahaya mempelajari lakon untuk menangkap maksud lakon serta mempelajari
detil latar waktu, dan tempat kejadian peristiwa.
Mempelajari
tempat kejadian peristiwa akan memberikan gambaran pada penata cahaya tempat
cerita berlangsung, suasana dan piranti yang digunakan. Mungkin ada piranti
yang menghasilkan cahaya seperti obor, lilin, lampu belajar, dan lain
sebagainya yang digunakan dalam cerita tersebut. Ini semua menjadi catatan
penata cahaya. Setiap sumber cahaya menghasilkan warna dan efek cahaya yang
berbeda yang pada akhirnya akan memberikan gambaran suasana.
Tempat
berlangsungnya cerita juga memberikan gambaran cahaya. Peristiwa yang terjadi
di dalam ruang memiliki pencahaayaan yang berbeda dengan di luar ruang. Jika
dihubungkan dengan waktu kejadian maka gambaran detil cahaya secara keseluruhan
akan didapatkan. Jika perstiwa terjadi di luar ruang pada siang hari berbeda
dengan sore hari. Persitiwa yang terjadi di luar ruang memerlukan pencahayaan
yang bebeda antara di sebuah taman kota dan di teras sebuah rumah. Semua hal
yang berkaitan dengan ruang dan waktu harus menjadi catatan penata cahaya.
3.5.2
Diskusi Dengan Sutradara
Penata
cahaya perlu meluangkan waktu khusus untuk berdiskusi dengan sutradara. Setelah
mempelajari naskah dan mendapatkan gambaran keseluruhan kejadian peristiwa
lakon, penata cahaya perlu mengetahui interpretasi dan keinginan sutradara
mengenai lakon yang hendak dimainkan tersebut. Mungkin sutradara mengehendaki
penonjolan pada adegan tertentu atau bahkan menghendaki efek khusus dalam
persitiwa tertentu. Catatan penata cahaya yang didapatkan setelah mempelajari
naskah digabungkan dengan catatan dari sutradara sehingga gambaran keseluruhan
pencahayaan yang diperlukan didapatkan.
3.5.3
Mempelajari Desain Tata Busana
Berdiskusi
dengan penata busana lebih khusus adalah untuk menyesuaikan warna dan bahan
yang digunakan dalam tata busana. Seperti yang telah disebut di atas,
bahan-bahan tertentu dapat menghasilkan refleksi tertentu serta warna tertentu
dapat memantulkan warna cahaya atau menyerapnya. Untuk menghindari hal-hal yang
tidak dinginkan maka kerjasama antara penata cahaya dan penata busana perlu
dijalin.
Hal ini
juga berkaitan juga dengan catatan sutradara. Misalnya, dalam satu peristiwa
sutradara menghendaki cahaya berwarna kehijauan untuk menyimbolkan sebuah
mimpi, penata busana juga membuat baju berwarna hijau untuk menegaskan suasana
tersebut. Penata cahaya bisa memberikan saran penggunaan warna hijau pada
busana karena warna hijau cahaya jika mengenai warna hijau tertentu pada busana
bisa saling meniadakan. Artinya, warna hijau yang ingin ditampilkan justru
hilang. Untuk itu, diskusi dan saling mempelajari desain perlu dilakukan.
3.5.4
Mempelajari Desain Tata Panggung
Diskusi
dengan penata panggung sangat diperlukan karena tugas tata cahaya selain
menyinari aktor dan area juga menyediakan cahaya khusus untuk set dan properti
yang ada di panggung. Selain bahan dan warna, penataan dekor di atas pentas
penting untuk dipelajari. Jika desain tata panggung memperlihatkan sebuah
konstruksi maka tata cahaya harus membantu memberikan dimensi pada konstruksi
tersebut. Jika desain tata panggung menampilkan bangunan arsitektural gaya
tertentu maka tata cahaya harus mampu membantu menampilkan keistemewaan gaya
arstitektur yang ditampilkan.
Penyinaran
pada set dekor tidak hanya berlaku untuk set dekor saja tetapi juga berlaku
untuk lingkungan sekitarnya. Misalnya, di atas panggung menampakkan sebuah
ruang yang di bagian belakangnya ada jendela. Ketika jendela itu dibuka dan
lampu ruangan tersebut dinyalakan maka pendar cahaya dalam ruangan harus sampai
ke luar ruangan melalui jendela tersebut. Tugas tata cahaya adalah menyajikan
efek sinar lampu ruangan yang menerobos ke luar ruangan. Intinya, setiap detil
efek cahaya yang dihasilkan berkaitan dengan tata panggung harus
diperhitungkan. Semua harus nampak logis bagi mata penonton.
3.5.5
Memeriksa Panggung dan Perlengkapan
Memeriksa
panggung dan perlengkapan adalah tugas berikutnya bagi penata cahaya. Dengan
mempelajari ukuran panggung maka akan diketahui luas area yang perlu disinari.
Penempatan baris bar lampu menentukan sudut pengambilan cahaya yang akan
ditetapkan. Ketersediaan lampu yang ada dipanggung juga menentukan peletakkan
lampu berdasar kepentingan penyinaran berkaitan dengan karakter dan kemampuan
teknis lampu tersebut. Semua kelengkapan pernak-pernik yang ada di panggung
harus diperiksa.
Ketersediaan
peralatan seperti, tangga, tali, pengerek, rantai pengaman lampu, sabuk
pengaman, sekrup, obeng, gunting, dan perlatan kecil lainnya harus diperiksa.
Ketersediaan lampu baik jumlah, jenis, dan kekuatan dayanya harus dicatat.
Asesoris yang dibutuhkan untuk lampu seperti; filter warna, kelem, pengait,
barndoor, stand, iris, gobo, dan asesoris lain yang ada juga harus diperiksa.
Ketersediaan dimmer dan kontrol serta kelistrikan yang menjadi sumber daya
utama juga harus diteliti.
Semua
yang ada di panggung yang berkaitan dengan kerja tata cahaya dicatat.
Berikutnya adalah kalkulasi keperluan tata cahaya berdasar capaian artistik
yang dinginkan dan dibandingkan dengan ketersediaan perlengkapan yang ada.
Dengan mempelajari panggung dan segala perlengkapan yang disediakan penata
cahaya akan menemukan kekurangan atau problem yang perlu diatasi. Misalnya,
penataan boom pada panggung kurang sesuai dengan sudut pengambilan lampu
samping untuk menyinari set dekor. Oleh karena itu diperlukan stand tambahan.
Lampu yang tersedia masih kurang mencukupi untuk menerangi beberapa bagian
arsitektur tata panggung, untuk itu diperlukan lampu tambahan.
Semua
problem yang ditemui dan solusi yang bisa dilakukan kemudian dicatat dan
diajukan ke sutradara atau tim produksi. Jika tim produksi tidak bisa
menyediakan kelengkapan yang diperlukan maka penata cahaya harus mengoptimalkan
ketersediaan perlengkapan tata cahaya yang ada. Misalnya, dengan menerapkan
prinsip penerangan area dan memanfaat beberapa lampu sisa yang ada untuk efek
tertentu.
3.5.6
Menghadiri Latihan
Untuk
mendapatkan gambaran lengkap dari situasi masingmasing adegan yang diinginkan
penata cahaya wajib mendatangi sesi latihan aktor. Selain untuk memahami
suasana adegan, penata cahaya juga mencatat hal-hal khusus yang menjadi fokus
adegan. Hal ini sangat penting bagi penata cahaya untuk merencanakan
perpindahan cahaya dari adegan satu ke adegan lain. Perpindahan cahaya yang
halus membuat penonton tidak sadar digiring ke suasana yang berbeda. Hasilnya,
efek dramatis yang akan ditampilkan oleh cerita jadi semakin mengena. Sesi
latihan dengan aktor akan memberikan gambaran detil setiap pergerakan aktor di
atas pentas. Setelah mencatat hal-hal yang berkaitan dengan suasana adegan maka
proses pergerakan dan posisi aktor di atas pentas perlu diperhatikan.
Penyinaran berdasar area memang memberi penerangan pada seluruh area permainan
tetapi tidak pada aktor secara khsusus. Dalam satu adegan tertentu mungkin saja
aktor berada di luar jangkauan optimal lingkaran sinar cahaya. Oleh karena itu,
aktor yang berdiri atau berpose pada area tertentu memerlukan pencahayaan
tersendiri. Hal ini berlaku juga untuk tata panggung pada saat latihan teknik
dijalankan. Penata cahaya perlu mendapatkan gambaran riil letak set dekor dan
seluruh perabot di atas pentas. Dengan demikian, detil pencahayaan pada set dan
perabot bisa dirancang dan diperhitungkan dengan baik.
3.5.7
Membuat Konsep
Setelah
mendapatkan keseluruhan gambaran dan pemahaman penata cahaya mulai membuat
konsep pencahayaan. Konsep ini hanya berupa gambaran dasar penata cahaya
terhadap lakon dan pencahayaan yang akan diterapkan untuk mendukung lakon
tersebut. Warna, intensitas, dan makna cahaya dituangkan oleh penata cahaya
pada konsepnya. Tidak hanya penggambaran suasana yang dituangkan tetapi bisa
saja simbol-simbol tertentu yang hendak disampaikan untuk mendukung makna
adegan. Misalnya, dalam satu adegan di ruang tamu ada foto besar seorang
pejuang yang dipasang di dinding. Untuk memberi kesan bahwa pemiliki rumah
sangat mengagumi tokoh tersebut maka foto diberi pencahayaan khusus. Juga dalam
setiap perubahan dan perjalanan adegan konsep pencahayaan digambarkan. Konsep
bisa ditulis atau ditambahi dengan gambar rencana dasar. Intinya, komsep ini
membicarakan gagasan pencahayaan lakon yang akan dimainkan menurut penata
cahaya. Selanjutnya konsep didiskusikan dengan sutradara untuk mendapatkan
kesesuaian dengan rencana artistik secara keseluruhan.
3.5.8
Plot Tata Cahaya
Konsep
yang sudah jadi dan disepakati selanjutnya dijabarkan secara teknis pertama
kali dalam bentuk plot tata cahaya. Plot ini akan memberikan gambaran laku tata
cahaya mulai dari awal sampai akhir pertunjukan. Seperti halnya sebuah sinopsis
cerita, perjalanan tata cahaya ditgambarkan dengan jelas termasuk efek cahaya
yang akan ditampilkan dalam adegan demi adegan. Plot ini juga merupakan cue
atau penanda hidup matinya cahaya pada area tertentu dalam adegan tertentu.
Dengan membuat plot maka penata cahaya bisa memperhitungkan jenis lampu serta
warna cahaya yang dibutuhkan, memperkirakan lamanya waktu penyinaran area atau
aksi tertentu, merencanakan pemindahan aliran cahaya, dan suasana yang
dikehendaki.
Gambar di
atas menjelaskan plot tata cahaya pada adegan satu cerita Menanti Pagi. Kolom
“Hal” menjelaskan adegan tersebut terjadi pada naskah di halaman tertentu.
Kolom “Aksi” menjelaskan kejadian peristiwa atau adegan. Kolom “cue”
menjelaskan tanda perubahan cahaya yang harus dilakukan. Kolom “waktu”
menjelaskan lamanya waktu adegan dengan cahaya tertentu. Kolom ”cahaya”
menjelaskan hasil pencahayaan yang akan dicapai. Dengan membaca plot tersebut
dapat diketahui bahwa cerita yang akan ditampilkan bernuansa horror di mana
pada malam yang diterangi sinar bulan Anton dan Amir sedang duduk berbincang di
kursi. Pintu tiba-tiba terbuka, kemudian tertutup dan lampu ruangan mati. Amir
dan Anton lari keluar. Dari sekilas gambaran adegan tersebut dapat diketahui
lampu yang akan digunakan dan efek cahaya yang dihasilkan. Setiap perubahan
pencahayaan menjadi catatan dan bisa dijadikan cue. Dalam gambar dijelaskan ada
empat cue perubahan.
Pada saat
adegan dimulai, lampu sudah dipreset sehingga tingal dinaikkan intensitasnya.
Cue perubahan tata cahaya pertama adalah ketika Anton dan Amir masuk ke
ruangan, duduk di kursi dan menyalakan lampu yang ada di dekat kursi. Efek
cahaya dari lampu yang dinyalakan ini menjadi penanda perubahan. Cue perubahan
kedua terjadi ketika pintu terbuka dan efek cahaya bulan masuk melalui pintu.
Demikian seterusnya sampai adegan tersebut berakhir dan lampu panggung dipadamkan
(black out).
3.5.9
Gambar Desain Tata Cahaya
Untuk
memberikan gambaran teknis yang lebih jelas, perlu digambarkan tata letak
lampu. Berdasar pada plot tata cahaya yang dibuat maka rencana penataan lampu
bisa digambarkan. Semua jenis dan ukuran lampu yang akan digunakan digambarkan
tata letaknya. Sebelum menggambarkan tata letak lampu perlu diketahui dulu
simbolsimbol lampu. Simbol gambar lampu mengelami perkembangan. Hal ini
berkaitan dengan jenis lampu yang tersedia dan umum digunakan. Gambar di bawah
memperlihatkan simbol-simbol lampu yang biasa digunakan.
Banyak
sekali jenis dan ukuran lampu yang dikeluarkan oleh pabrikan. Masing-masing
perusahan memiliki gambar simbol yang berbeda menyangkut bentuk luar lampu
produksinya. Dulu, perusahaan Strand mengeluarkan lampu yang diproduksi dan
diberi kode “pattern” disingkat “patt” dan nomor serinya. Jadi ada lampu dengan
kode patt 23, patt 247, patt 123, dan lain sebagainya. Untuk mengethui jenis
dan ukuran lampu harus mengingat patt dan nomornya. Cukup menyulitkan. Selain
itu, lampu pada zaman ini memiliki bentuk yang berbeda dengan lampu sekarang
sehingga ketika digambarkan simbolnya berbeda. Sekarang, meskipun bentuk lampu
berbeda tetapi gambar simbolnya lebih mudah untuk diingat karena masing-masing
jenis lampu memiliki kemiripan gambar. Penulisannyapun tidak lagi menggunakan
“patt” tetapi langsung ke jenis lampu beserta besaran wattnya, misalnya fresnel
500 watt, ERS 1 KW, dan lain sebagainya. Gambar simbol lampu dalam gambar 70
sudah bisa digunakan dan dipahami oleh para penata lampu.
Selanjutnya,
gambar tata lampu dibuat dengan menggunakan simbol lampu seperti tersebut di
atas. Gambar pada tahap ini belum bisa menyertakan channel dimmer yang akan
digunakan oleh masing-masing lampu. Gambar tata lampu lebih menitikberatkan
pada peletakkan dan pengarahan jenis lampu yang akan dipasang. Meskipun belum
menyertakan channel dimmer, gambar desain tata letak lampu yang dibuat bisa
dijadikan panduan pencahayaan. Dari gambar di atas dapat dibaca, baris bar yang
digunakan adalah FOH, Bar 1, 2, 3, dan bar siklorama. FOH singkatan dari Front
Of House adalah istilah untuk menyebut baris lampu yang ditata di atas
penonton. Cyc singkatan dari cyclorama (siklorama) baris lampu paling belakang
untuk menyinari layar. Nomor pada lampu hanya berfungsi untuk menghitung jumlah
lampu yang dipasang pada masing-masing bar. Jenis lampu yang digunakan dapat
dibaca dari gambar simbolnya.
3.5.10
Penataan dan Percobaan
Setelah
memiliki gambar desain tata cahaya maka kerja berikutnya adalah memasang dan
mengatur lampu sesuai desain. Proses pemasangan membutuhkan waktu yang lumayan
lama terutama untuk penyesuaian dengan channel dimmer dan control desk. Satu
channel bisa digunakan untuk lebih dari satu lampu. Setiap lampu yang telah
dipasang dalam cahnnel tertentu coba dinyalakan dan diarahkan sesuai dengan
area yang akan disinari. Pengaturan lampu ke channel dimmer atau control desk
diusahakan agar mudah dalam pengoperasian. Artinya, jarak lever satu ke lever
lain diusahakan berdekatan bagi lampu yang hendak dinyalakan secara bersamaan
tanpa preset. Pengaturan sudut pengambilan juga memerlukan ketelitian. Di
sinilah fungsi menghadiri latihan dengan aktor diterapkan. Segala catatan
pergerakan laku dan posisi aktor di atas pentas dapat dijadikan acuan untuk
menentukan sudut pengambilan.
Setelah
semua lampu dipasang dan diarahkan kemudian dicoba dengan mengikuti plot tata
cahaya dari awal sampai akhir. Hal ini untuk mengetahui intensitas maksimal
yang diperlukan, kesesuaian warna cahaya yang dihasilkan serta kemudahan
operasional pergantian cahaya dari adegan satu ke adegan lain. Penata cahaya
mencatat semuanya dengan seksama sehingga ketika tahap ini selesai didapatkan
gambaran lengkap tata cahaya. Gambar tata cahaya sudah bisa dilengkapi dengan
channel dimmer atau nomor di control desk (Gb.273) sehingga tabel lampu yang
terpasang pada masing-masing bar bisa dituliskan dengan lengkap pula.
3.5.11
Pementasan
Tahap
terakhir adalah pementasan. Seluruh kerja tata lampu dibuktikan pada saat malam
pementasan. Kegagalan yang terjadi meskipun sedikit akan mempengaruhi hasil
seluruh pertunjukan. Oleh karena itu, kecermatan dan ketelitian kerja penata
cahaya sangat diperlukan. Penting untuk memeriksa semuanya sebelum jam
pertunjukan dilangsungkan. Jika terdapati kesalahan teknis tertentu masih ada
waktu untuk memperbaikinya. Semua sangat tergantung dari kesiapan tata cahaya
karena tanpa cahaya pertunjukan tidak akan bisa disaksikan.
Sumber :
Santosa,
Eko dkk, 2008, Seni Teater Jilid 2 untuk SMK, Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, h. 377 – 386.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar