Don't think to much, just click it,,, :)
Talk Fusion Studio UTC
BLOG SI DHIAZ
Selasa, 07 Mei 2013
Minggu, 04 November 2012
Expedisi Terunyan
EXPEDISI
TERUNYAN
Langit
masih gelap, tetapi ingatanku akan rencana pagi ini membangunkanku. Hari ini
aku akan menikmati indahnya Desa Terunyan bersama kawan-kawan Anak Alam. Desa
Terunyan terletak di Kabupaten Bangli, sekitar satu setengah jam dari jantung
Kota Denpasar. Pukul 7.00 aku sudah siap, tak lupa singgah di warung depan
untuk sekedar sarapan nasi kuning. Tepat sesuai jadwal, aku sudah bertengger di
markas Kalam pukul 7.20. Beberapa kalam sedang lesehan sambil sesekali terlihat
mendiskusikan sesuatu. Satu-satu aku menyapa mereka, teman baruku. Di antara
teman baru, aku bertemu seorang kakak yang lama tak ku temui, kakak bersuara
merdu, Kak Risma. Dia seniorku di teater kampus dulu. Kehangatan pun terasa,
kami saling menemukan kesamaan. Hingga satu per satu kalam lain datAng, kami
memutuskan berdoa dulu sebelum berangkat. Tak ku sangka, aku ditunjuk oleh Sang
dedengkot anak alam untuk menjadi MC saat acara berlangsung nanti di Terunyan.
Kontan otakku mulai berputar memikirkan hal seru apa yang akan aku timbulkan
disana.
Akhirnya
kami berangkat dengan empat mobil pribadi, dipimpin Si Blacky, mobil VW kodok
antic milik Bli Kodrat. Kami menyusuri jalanan Gatsu Barat menuju Penatih,
kemudian lurus saja menuju Payangan. Di depan sebuah minimarket di Payangan
kami berhenti sejenak menjemput rombongan dengan mobil Land Rover yang gagah.
Disana kami baru menyadari ternyata kami kehilangan rombongan dua mobil di
depan dan di belakang kami, Si Blacky dan Karimun silver. Kami akhirnya
memutuskan untuk bertemu di Kintamani. Sesampai di Kintamani, dari kejauhan aku
melihat Si Blacky sedang terparkir tepat di depan resto ikan bakar khas daerah
sana, Mujair. Sepertinya Si Blacky lari kencang karena belum sarapan. Sungguh
menggelitik. Lalu, rombongan menuruni Kintamani menuju Kedisan, tempat kami
rencananya akan menyewa Boat untuk menyeberang sampai di Terunyan. Sebenarnya
ada dua jalur yang bisa kami lewati, darat dan air. Untuk jalur darat medannya
konon agak ekstrim.
Sesampai
di Kedisan kami melihat bapak ibu berpakaian pemerintah berkeliaran di sekitar
dermaga. Setelah di konfirmasi mereka sedang melakukan pembersihan dermaga. Ini
adalah salah satu program bulanan Pemkab Bangli. Tak sengaja kami terhubung
dengan Ibu Bupati Bangli. Beliau terlihat sangat antusias melihat niat kami
pergi ke Terunyan untuk berbagi buku dan alat tulis pada adik-adik SDN 1
Terunyan. Beliau menyarankan untuk bertemu bapak bupati juga, yang saat itu
sedang terlibat di tengah danau untuk membersihkan gulma. Tetepi karena kami
harus bertemu adik-adik SDN 1 Terunyan sebelum pulul 12.00, kami memohon untuk
bertemu bapak bupati sedatangnya dari Terunyan.
Akhirnya
rombongan kami berangkat dalam dua jalur. Kebetulan aku berangkat dengan jalur
darat. Aku menumpang Si Blacky. Ternyata Si Blacky masih tangguh, tidak
sebanding dengan usianya. Dia membabat jalanan terjal dan berliku menuju
Terunyan. Kalau boleh aku bandingkan, jalanan ini mirip trek rollercoaster di
tempat hiburan itu, bikin jantung hamper copot. Ekspresi kami di dalam Si
Blacky pun tak kalah seru, kadang berteriak histeris, kadang takjub melihat
pemandangn danau dan gunung dari trek ini. Kalau aku sempat bercermin mungkin
mukaku akan terlihat memerah karena banyak perasaan terbuncah.
Si
Blacky merapat dibarengi land Rover gagah di belakangnya. Ternyata rombongan
Boat sudah sampai sedari tadi. Kami segera mengeluarkan paket-paket buku dan
alat tulis dari mobil dan segera membawanya masuk ke sekolah. Kami melewati
gang kecil sebelum sampai di sekolah. Terlihat adik-adik SDN 1 Terunyan telah
menunggu kami dengan senyum sederhana mereka. Mereka berlarian. Ada juga yang
mengikuti kami dari belakang.
Sesampai
di SDN 1 Terunyan, kami disambut hangat bapak kepala sekolah, Bapak Nyoman
Siem, dan seorang gurunya. Kami
dipersilakan masuk dan duduk di ruang guru. Bapak Nyoman menyapa kami dan
mempenalkan dirinya dan staffnya, begitu juga kami sebaliknya. Bapak Nyoman
mempersilakan kami memulai kegiatan di wantilan banjar dekat sekolah.
Murid-murid menuju wantilan dengan sangat ceria, seakan mereka akan bertemu
artis dan segera mendapatkan tanda tangannya atau bahkan seakan mereka akan
bertemu juragan berlian dermawan yang akan membagikan mereka berlian
masing-masing satu genggam.
Hingga
akhirnya mereka berbaris di wantilan, beberapa dari kami menghandel mereka per
kelas. Bli Pande memulai memberikan sedikit pengarahan dan dilanjutkan dengan
aku memperkenalkan kalam pada adik-adik. Setelahnya sebagai anak Indonesia,
kami menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sumbang-sumbang terdengar adik-adik menyayikan
lagu itu dengan ragu, mungkin itu juga perasaan mereka terhadap Negara ini.
Ragu apakah mereka memang anak Indonesia atau tidak. Jika iya mengapa mereka
harus mengalami kesusahan dalam pendidikan di Negara yang kaya ini, sangat
miris. Sudahlah, berikutnya kami mengadakan acara hiburan, seperti beberapa
quis dan games. Banyak celotehan lucu yang terjadi saat itu. Mulai dari
ketidaktahuan mereka bagaimana berbahasa Internasional, bahasa Inggris. Puspa,
salah satu kalam membantu mereka untuk menyapa, menyebutkan nama dan asal dalam
bahasa Inggris. Mereka terlihat sangat tertarik. Lalu kami beranjak menguji
keberanian mereka tampil di muka umum. Hampir semua anak mengakat tangan ingin
tampil, luar biasa. Salah satu kelompok penampil adalah anak-anak balita di
sekitar sekolah. Mereka tampil dengan menyanyikan lagu khas anak Playgrup,
syukurnya bukan salah satu lagu Noah Band. Acara berlanjut pada game
konsentrasi oleh Bli Kodrat. Anak-anak sukses tertawa terbahak-bahak karenanya.
Berikutnya, quis pengetahuan umum. Aku dengan cepat melempar pertanyaan tentang
nama-nama pemimpin di sekitar mereka, mulai dari nama kepala sekolah mereka
sampai nama presiden. Semua pertanyaan berhasil dijawab, kemampuan mereka
memang tidak kalah dengan anak-anak di kota. Hanya kesempatan dan perhatian
yang tidak mereka miliki.
Akhirnya
tiba pada acara puncak, penyerahan paket buku tulis, alat tulis, sikat gigi,
dan odol. Mereka dibagikan perkelas. Disela-sela penyerahan, kalam pendamping
mengadakan games kecil dalam kelompok. Ada juga yang terdengar menyanyi. Setelahnya,
adik-adik diminta berbaris lagi karena aka nada sedikit pengarahan dari Bli
Pande. Tetapi memang dasarnya karakter anak seumur mereka sangat aktif, Bli
Pande kelihatan kehabisan akal untuk menenangkan mereka. Mau tak mau aku ambil
alih. Ku sikat mereka dengan jurus ‘Lomba Diam’, dan tidak menunggu semenit
mereka langsung tertib dan diam. Pengarahan sampai pada mereka dengan selamat.
Lalu dilanjutkan dengan Bu dokter gigi, Vidya memberika pengarahan tentang
pentingnya sikat gigi.
Kami
mengakhiri pertemuan kami dengan berfoto bersama. Adik-adik kembali kami giring
ke sekolah dengan senyum yang lebih lebar dengan paket di tangan. Itu surga
mereka. Dan kami pun pamitan dengan pihak sekolah dan kembali ke Kedisan. Kali
ini aku lewat jalur air dengan Boat. Air danau itu hampir membasahi bajuku, tapi
tak apa, aku menikmatinya. Deru mesin Boat, cipratan air, angin danau, biru
hijau warna dasar danau, pemandangan gunung mengitari, itu semua sangat luar
biasa. Biasanya aku hanya bisa menikmatinya di televisi, tapi sekarang aku ada
di dalam layar itu.
Rombongan
Boat merapat lebih awal di Kedisan. Setelah kegembiraan itu yang tersisa hanya
perut yang ingin diisi. Syukurnya kami bertemu dengan ibu dagang kacang rebus
keliling. Langsung saja kami borong dagangannya. Makan kacang rebus sambil
bergurau kecil itu sederhana tapi aku yakin sangat mahal. Akhirnya rombongan
jalur darat tiba. Kami berbagi bekal yang kami bawa. Menurut kabar, kami akan
berkesempatan bertemu Bapak Bupati Bangli sore ini dalam serangkaian acara
lomba yang diadakan pemkab. Seorang bapak datang mengundang kami untuk pergi ke
wantilan banjar dimana Bapak Bupati berada. Kami diundang makan dulu sebelum
acara dimulai. Sungguh rasa lapar yang bersambut.
Acara
lomba-lomba dimulai dengan lomba makan kerupuk, kemudian lomba balap bakiak dan
tarik tambang. Pesertanya adalah anak SD setempat, bapak dan ibu PKK. Kalam
dimohon membantu jalannya acara. Semua tertawa, semua bahagia. Bapak Bupati dan
Ibu pun ada disana untuk menyaksikan. Sungguh sosok pemimpin yang dekat dengan
rakyat. Akhirnya lomba-lomba berakhir dan penyerahan hadiah pun dilakukan.
Disana juga dilakukan penyerahan paket buku dan alat tulis dari kalam pada
Bapak Bupati kemudian dari Bapak Bupati kepada perwakilan sekolah yang akan
mendapatkan bantuan. Kami pun undur diri, tak lupa kami menjabat tangan Bapak
Bupati Bangli. Sungguh, ini pengalaman pertamaku berjabat tangan dengan orang
setingkatnya. Aku berjanji tak akan cuci tangan satu hari ini.
Rombongan
kembali ke rumah masing-masing, kecuali rombongan mobil yang aku tumpangi.
Mobil meluncur menuju Desa Songan. Pemandangan luar biasa tersaji. Batu-batu
hitam hasil pendinginan larva Gunung Batur membingkai jalan menuju rumah Bli
Pande di Songan. Ternyata batu-batu ini adalah hamparan hitam di lukisan Gunung
Batur yang selalu aku pertanyakan selama ini. Takjub. Hari mulai gelap, angin
khas pegunungan mulai terasa, kira-kira seperti suhu AC pada angka 16.
Kombinasi yang luar biasa. Akhirnya kami sampai di rumah Bli Pande, kami
disambut teh hangat manis dan obrolan hangat dengan orang tua Bi Pande tentang
Indonesia sekarang ini. Saat itu juga aku tersadar bakat Si Bli berasal dari
mana.
Obrolan
kami akhiri karena hari semakin gelap. Mobil meluncur dalam dalam kegelapan,
batu-batu hitam tadi tak lagi terlihat. Sesampai di kintamani kami berhenti
sejenak untuk menurunkan, Dodik, salah satu kalam, untuk mengambil motor. Dia
akan melanjutkan perjalannya dengan motor pulang ke rumah. Tinggallah aku dan
Bi Pande di dalam mobil. Rasa lelah dan kantuk menguasai, sesekali kami membuka
jendela agar wajah ini terpapar angin segar agar tidak mengantuk. Perjalanan
menuju markas masih panjang. Trik berikutnya aku mainkan. Beberapa pertanyaan
aku ajukan agar Pak supir tidak mengantuk, hingga akhirnya kami sampai di
markas dengan selamat. Hari yang mahal. Terimakasih Terunyan, Kedisan, dan
Songan. Terimakasih Komunitas Anak Alam. Ayo kita lanjutkan ini semua.
Traveling, sharing, inspiring. (Dhias-Kalam)
Senin, 07 Mei 2012
ORGANISASI TEATER DAN MANAGEMENNYA
TEATER
SEBAGAI ORGANISASI
Proses
Teater merupakan sebuah proses organisasi (bentuk kerja kolektif; dimana segala
macam orang dengan segala macam fungsinya tergabung dalam suatu koordinasi yang
rapih,dan juga mencakup juga pengertian sampai batas-batas yang sentimentil),
seperti hal nya diri manusia itu sendiri, atau layaknya seperti sebuah negara.
Keberhasilan suatu pertunjukan Teater dapat juga sebagai keberhasilan suatu
seni organisasi; baik organisasi penyelenggaraannya (Panitia Produksi) maupun
segi seni-seninya (Penyutradaraan, Penataan set, Permainan, Musik dan
unsur-unsur lain).
Berikut
ini contoh Elemen dari sebuah Group Teater dalam mengadakan sebuah Produksi.
-
Pimpinan Produksi
-
Sekretaris Produksi
-
Keungan Produksi / Bendahara
-
Urusan Dokumentasi
-
Urusan Publikasi
-
Urusan Pendanaan
-
Urusan Ticketing atau karcis
-
Urusan Kesejahteraan
-
Urusan Perlengkapan
-
Sutradara
-
Art Director / Pimpinan Artistik
-
Stage Manager
-
Property Master
-
Penata Cahaya
-
Penata Kostum
-
Penata setting
-
Perias / Make Uper
-
Penata Cahaya
-
Penata Musik
Setiap
Elemen memiliki tugas sendiri-sendiri dan sudah seharusnya untuk
bertanggungjawab penuh atas tugas itu (secara profesional). Sebagai Contoh
seorang Urusan Pendanaan, ia harus memikirkan seberapa besar dana yang
dibuhtuhkan? Dari mana dana itu didapatkan. Begitupula seorang Sutradara yang
bertanggungjawab atas pola permainan panggung; (akting pemain, cahaya,
bunyi-bunyian, set, property dan lain-lain).
Jikalau
kita memandang Elemen dalam Group Teater, ada kesamaan dengan elemen dalam
tubuh kita sendiri; setiap organ tubuh memiliki fungsi sendiri, tetapi saling
berhubungan dan tergabung dalam fungsi yang sempurna. Teater ibarat
laboratorium kehidupan itu sendiri, seperti yang diungkapkan Peter Brook “Teater
akan menjadi tempat yang indah bagi orang-orang yang mabuk dan kesepian, Teater
merupakan sebuah tindak budaya, Teater bukanlah tempat untuk melarikan diri
ataupun untuk mencari perlindungan”.
Manajemen Pertunjukan adalah proses merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan sumber daya manusia, keuangan, fisik, dan informasi yang berhubungan dengan pertunjukan agar pertunjukan dapat terlaksana dengan lancar dan terorganisir.
Fungsi dari manajemen pertunjukan:
o Perencanaan
Dalam perencanaan ini yang pertama dilakukan adalah menetapkan sasaran lalu memilih tindakan yang akan diambil dari berbagai alternatif yang ada.
o Pengorganisasian
Dalam proses ini dilakukan pengalokasian sumber daya, penyusunan jadwal kerja dan koordinasi antar unit-unit dalam suatu kepanitiaan.
o Pengendalian
Pengendalian di sini berarti membandingkan perencanaan dengan realisasi. Lalu mengambil tindakan koreksi atas realisasi yang tidak sesuai dengan perencanaan.
PROSES SEBELUM PEMENTASAN
o PEMBENTUKAN KEPANITIAAN
Agar kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan berjalan dengan lancar, maka dibentuklah suatu kepanitiaan kegiatan. Panitia adalah sekelompok orang yang ditunjuk atau dipilih untuk mempertimbangkan dan mengurus hal-hal yang ditugaskan kepadanya. Tujuan apa yang ingin dicapai dalam kepanitiaan bersifat sementara dan jangka pendek, dalam artian bahwa kepanitiaan akan berakhir jika kegiatan/tugas selesai.
o PENENTUAN TEMA
Dalam suatu kegiatan sangat diperlukan suatu tema untuk memberi batasan dan memberi arah pada kegiatan yang akan dilakukan. Dan tema dalam suatu kegiatan dapat diambil dari kejadian yang ada di lingkungan kita. Misalnya tema tentang Alam ( SAVE THE NATURE GUYS).
o PEMBUATAN TIME SCHEDULE
Dalam suatu kepanitiaan harus membuat susunan jadwal kerja atau yang biasa disebut time schedule. Time schedule sendiri berfungsi untuk menertibkan kinerja tiap divisi dalam kepanitiaan. Dengan time schedule diharapkan kinerja panitia sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
o PENUNJUKAN STAGE MANAGER DAN PEMBUATAN RUN DOWN
Stage Manager bertugas merumuskan atau menetapkan secara lebih detail pelaksanaan acara pada hari-H terutama pada konsep penampilan dan pengisi acara, tata panggung dan tata lampu serta terjun langsung ke lapangan pada hari-H dan turun tangan langsung.
Run down adalah detail susunan acara dalam suatu kegiatan pada hari-H. Dalam run down tercantum secara detail person yang terlibat dan peralatan yang dibutuhkan dalam setiap penampilan serta keterangan-keterangan yang diperlukan.
o PEMENTASAN
? PRA PEMENTASAN
Dalam tahap ini dilakukan gladi bersih sebagai persiapan terakhir untuk menuju sebuah pementasan. Tujuan dari tahap ini adalah sebagai simulasi pada hari-H agar seluruh panitia yang terlibat siap untuk menghadapi kendala-kendala yang mungkin akan terjadi saat melakukan sebuah pementasan.
? PEMENTASAN
Pada tahap ini seluruh panitia diharapkan fokus pada pertunjukan sesuai dengan job description masing-masing dan berkoordinasi dengan stage manager agar pementasan berjalan sesuai dengan run down.
o LPJ
Ketika tugas telah selesai dilaksanakan, ketika acara telah berakhir, kerja kepanitiaan belumlah berakhir. Karena masih harus dilakukan pertanggungjawaban dari kepanitiaan dalam bentuk LPJ. LPJ dimaksudkan untuk memastikan, apakah planning yang dilakukan pada awal kepanitiaan berjalan sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah Adjib A., Pengantar Bermain Drama,
CV Rosda, Bandung.
Noer C. Arifin, Teater Tanpa Masa Silam, DKJ,
Jakarta, 2005.
Iman Sholeh & Rik Rik El Saptaria, Module
Workshop Keaktoran Festamasio 3, TGM, Yogyakarta,
2005.
TATA LAMPU DALAM TEATER
Proses
kerja penataan cahaya dalam pementasan teater membutuhkan waktu yang lama.
Seorang penata cahaya tidak hanya bekerja sehari atau dua hari menjelang
pementasan. Kejelian sangat diperlukan, karena fungsi tata cahaya tidak hanya
sekedar menerangi panggung pertunjukan. Kehadiran tata cahaya sangat membantu
dramatika lakon yang dipentaskan. Tidak jarang sebuah pertunjukan tampak sepektakuler
karena kerja tata cahayanya yang hebat. Untuk hasil yang terbaik, penata cahaya
perlu mengikuti prosedur kerja mulai dari menerima naskah sampai pementasan.
Prosedur
atau langkah kerja pada dasarnya dibuat untuk mempermudah kerja seseorang. Dari
gambar di atas dapat diketahui bahwa kerja penata cahaya tidak hanya sekedar
menata lampu, menghidupkan, dan mematikannya.
3.5.1
Mempelajari Naskah
Naskah
lakon adalah bahan dasar ekspresi artistik pementasan teater. Semua kreativitas
yang dihasilkan mengacu pada lakon yang dipilih. Tidak hanya sutradara dan
aktor yang perlu mempelajari naskah lakon. Penata cahaya pun perlu mempelajari
naskah lakon. Berbeda dengan aktor yang berkutat pada karakter tokoh peran,
penata cahaya mempelajari lakon untuk menangkap maksud lakon serta mempelajari
detil latar waktu, dan tempat kejadian peristiwa.
Mempelajari
tempat kejadian peristiwa akan memberikan gambaran pada penata cahaya tempat
cerita berlangsung, suasana dan piranti yang digunakan. Mungkin ada piranti
yang menghasilkan cahaya seperti obor, lilin, lampu belajar, dan lain
sebagainya yang digunakan dalam cerita tersebut. Ini semua menjadi catatan
penata cahaya. Setiap sumber cahaya menghasilkan warna dan efek cahaya yang
berbeda yang pada akhirnya akan memberikan gambaran suasana.
Tempat
berlangsungnya cerita juga memberikan gambaran cahaya. Peristiwa yang terjadi
di dalam ruang memiliki pencahaayaan yang berbeda dengan di luar ruang. Jika
dihubungkan dengan waktu kejadian maka gambaran detil cahaya secara keseluruhan
akan didapatkan. Jika perstiwa terjadi di luar ruang pada siang hari berbeda
dengan sore hari. Persitiwa yang terjadi di luar ruang memerlukan pencahayaan
yang bebeda antara di sebuah taman kota dan di teras sebuah rumah. Semua hal
yang berkaitan dengan ruang dan waktu harus menjadi catatan penata cahaya.
3.5.2
Diskusi Dengan Sutradara
Penata
cahaya perlu meluangkan waktu khusus untuk berdiskusi dengan sutradara. Setelah
mempelajari naskah dan mendapatkan gambaran keseluruhan kejadian peristiwa
lakon, penata cahaya perlu mengetahui interpretasi dan keinginan sutradara
mengenai lakon yang hendak dimainkan tersebut. Mungkin sutradara mengehendaki
penonjolan pada adegan tertentu atau bahkan menghendaki efek khusus dalam
persitiwa tertentu. Catatan penata cahaya yang didapatkan setelah mempelajari
naskah digabungkan dengan catatan dari sutradara sehingga gambaran keseluruhan
pencahayaan yang diperlukan didapatkan.
3.5.3
Mempelajari Desain Tata Busana
Berdiskusi
dengan penata busana lebih khusus adalah untuk menyesuaikan warna dan bahan
yang digunakan dalam tata busana. Seperti yang telah disebut di atas,
bahan-bahan tertentu dapat menghasilkan refleksi tertentu serta warna tertentu
dapat memantulkan warna cahaya atau menyerapnya. Untuk menghindari hal-hal yang
tidak dinginkan maka kerjasama antara penata cahaya dan penata busana perlu
dijalin.
Hal ini
juga berkaitan juga dengan catatan sutradara. Misalnya, dalam satu peristiwa
sutradara menghendaki cahaya berwarna kehijauan untuk menyimbolkan sebuah
mimpi, penata busana juga membuat baju berwarna hijau untuk menegaskan suasana
tersebut. Penata cahaya bisa memberikan saran penggunaan warna hijau pada
busana karena warna hijau cahaya jika mengenai warna hijau tertentu pada busana
bisa saling meniadakan. Artinya, warna hijau yang ingin ditampilkan justru
hilang. Untuk itu, diskusi dan saling mempelajari desain perlu dilakukan.
3.5.4
Mempelajari Desain Tata Panggung
Diskusi
dengan penata panggung sangat diperlukan karena tugas tata cahaya selain
menyinari aktor dan area juga menyediakan cahaya khusus untuk set dan properti
yang ada di panggung. Selain bahan dan warna, penataan dekor di atas pentas
penting untuk dipelajari. Jika desain tata panggung memperlihatkan sebuah
konstruksi maka tata cahaya harus membantu memberikan dimensi pada konstruksi
tersebut. Jika desain tata panggung menampilkan bangunan arsitektural gaya
tertentu maka tata cahaya harus mampu membantu menampilkan keistemewaan gaya
arstitektur yang ditampilkan.
Penyinaran
pada set dekor tidak hanya berlaku untuk set dekor saja tetapi juga berlaku
untuk lingkungan sekitarnya. Misalnya, di atas panggung menampakkan sebuah
ruang yang di bagian belakangnya ada jendela. Ketika jendela itu dibuka dan
lampu ruangan tersebut dinyalakan maka pendar cahaya dalam ruangan harus sampai
ke luar ruangan melalui jendela tersebut. Tugas tata cahaya adalah menyajikan
efek sinar lampu ruangan yang menerobos ke luar ruangan. Intinya, setiap detil
efek cahaya yang dihasilkan berkaitan dengan tata panggung harus
diperhitungkan. Semua harus nampak logis bagi mata penonton.
3.5.5
Memeriksa Panggung dan Perlengkapan
Memeriksa
panggung dan perlengkapan adalah tugas berikutnya bagi penata cahaya. Dengan
mempelajari ukuran panggung maka akan diketahui luas area yang perlu disinari.
Penempatan baris bar lampu menentukan sudut pengambilan cahaya yang akan
ditetapkan. Ketersediaan lampu yang ada dipanggung juga menentukan peletakkan
lampu berdasar kepentingan penyinaran berkaitan dengan karakter dan kemampuan
teknis lampu tersebut. Semua kelengkapan pernak-pernik yang ada di panggung
harus diperiksa.
Ketersediaan
peralatan seperti, tangga, tali, pengerek, rantai pengaman lampu, sabuk
pengaman, sekrup, obeng, gunting, dan perlatan kecil lainnya harus diperiksa.
Ketersediaan lampu baik jumlah, jenis, dan kekuatan dayanya harus dicatat.
Asesoris yang dibutuhkan untuk lampu seperti; filter warna, kelem, pengait,
barndoor, stand, iris, gobo, dan asesoris lain yang ada juga harus diperiksa.
Ketersediaan dimmer dan kontrol serta kelistrikan yang menjadi sumber daya
utama juga harus diteliti.
Semua
yang ada di panggung yang berkaitan dengan kerja tata cahaya dicatat.
Berikutnya adalah kalkulasi keperluan tata cahaya berdasar capaian artistik
yang dinginkan dan dibandingkan dengan ketersediaan perlengkapan yang ada.
Dengan mempelajari panggung dan segala perlengkapan yang disediakan penata
cahaya akan menemukan kekurangan atau problem yang perlu diatasi. Misalnya,
penataan boom pada panggung kurang sesuai dengan sudut pengambilan lampu
samping untuk menyinari set dekor. Oleh karena itu diperlukan stand tambahan.
Lampu yang tersedia masih kurang mencukupi untuk menerangi beberapa bagian
arsitektur tata panggung, untuk itu diperlukan lampu tambahan.
Semua
problem yang ditemui dan solusi yang bisa dilakukan kemudian dicatat dan
diajukan ke sutradara atau tim produksi. Jika tim produksi tidak bisa
menyediakan kelengkapan yang diperlukan maka penata cahaya harus mengoptimalkan
ketersediaan perlengkapan tata cahaya yang ada. Misalnya, dengan menerapkan
prinsip penerangan area dan memanfaat beberapa lampu sisa yang ada untuk efek
tertentu.
3.5.6
Menghadiri Latihan
Untuk
mendapatkan gambaran lengkap dari situasi masingmasing adegan yang diinginkan
penata cahaya wajib mendatangi sesi latihan aktor. Selain untuk memahami
suasana adegan, penata cahaya juga mencatat hal-hal khusus yang menjadi fokus
adegan. Hal ini sangat penting bagi penata cahaya untuk merencanakan
perpindahan cahaya dari adegan satu ke adegan lain. Perpindahan cahaya yang
halus membuat penonton tidak sadar digiring ke suasana yang berbeda. Hasilnya,
efek dramatis yang akan ditampilkan oleh cerita jadi semakin mengena. Sesi
latihan dengan aktor akan memberikan gambaran detil setiap pergerakan aktor di
atas pentas. Setelah mencatat hal-hal yang berkaitan dengan suasana adegan maka
proses pergerakan dan posisi aktor di atas pentas perlu diperhatikan.
Penyinaran berdasar area memang memberi penerangan pada seluruh area permainan
tetapi tidak pada aktor secara khsusus. Dalam satu adegan tertentu mungkin saja
aktor berada di luar jangkauan optimal lingkaran sinar cahaya. Oleh karena itu,
aktor yang berdiri atau berpose pada area tertentu memerlukan pencahayaan
tersendiri. Hal ini berlaku juga untuk tata panggung pada saat latihan teknik
dijalankan. Penata cahaya perlu mendapatkan gambaran riil letak set dekor dan
seluruh perabot di atas pentas. Dengan demikian, detil pencahayaan pada set dan
perabot bisa dirancang dan diperhitungkan dengan baik.
3.5.7
Membuat Konsep
Setelah
mendapatkan keseluruhan gambaran dan pemahaman penata cahaya mulai membuat
konsep pencahayaan. Konsep ini hanya berupa gambaran dasar penata cahaya
terhadap lakon dan pencahayaan yang akan diterapkan untuk mendukung lakon
tersebut. Warna, intensitas, dan makna cahaya dituangkan oleh penata cahaya
pada konsepnya. Tidak hanya penggambaran suasana yang dituangkan tetapi bisa
saja simbol-simbol tertentu yang hendak disampaikan untuk mendukung makna
adegan. Misalnya, dalam satu adegan di ruang tamu ada foto besar seorang
pejuang yang dipasang di dinding. Untuk memberi kesan bahwa pemiliki rumah
sangat mengagumi tokoh tersebut maka foto diberi pencahayaan khusus. Juga dalam
setiap perubahan dan perjalanan adegan konsep pencahayaan digambarkan. Konsep
bisa ditulis atau ditambahi dengan gambar rencana dasar. Intinya, komsep ini
membicarakan gagasan pencahayaan lakon yang akan dimainkan menurut penata
cahaya. Selanjutnya konsep didiskusikan dengan sutradara untuk mendapatkan
kesesuaian dengan rencana artistik secara keseluruhan.
3.5.8
Plot Tata Cahaya
Konsep
yang sudah jadi dan disepakati selanjutnya dijabarkan secara teknis pertama
kali dalam bentuk plot tata cahaya. Plot ini akan memberikan gambaran laku tata
cahaya mulai dari awal sampai akhir pertunjukan. Seperti halnya sebuah sinopsis
cerita, perjalanan tata cahaya ditgambarkan dengan jelas termasuk efek cahaya
yang akan ditampilkan dalam adegan demi adegan. Plot ini juga merupakan cue
atau penanda hidup matinya cahaya pada area tertentu dalam adegan tertentu.
Dengan membuat plot maka penata cahaya bisa memperhitungkan jenis lampu serta
warna cahaya yang dibutuhkan, memperkirakan lamanya waktu penyinaran area atau
aksi tertentu, merencanakan pemindahan aliran cahaya, dan suasana yang
dikehendaki.
Gambar di
atas menjelaskan plot tata cahaya pada adegan satu cerita Menanti Pagi. Kolom
“Hal” menjelaskan adegan tersebut terjadi pada naskah di halaman tertentu.
Kolom “Aksi” menjelaskan kejadian peristiwa atau adegan. Kolom “cue”
menjelaskan tanda perubahan cahaya yang harus dilakukan. Kolom “waktu”
menjelaskan lamanya waktu adegan dengan cahaya tertentu. Kolom ”cahaya”
menjelaskan hasil pencahayaan yang akan dicapai. Dengan membaca plot tersebut
dapat diketahui bahwa cerita yang akan ditampilkan bernuansa horror di mana
pada malam yang diterangi sinar bulan Anton dan Amir sedang duduk berbincang di
kursi. Pintu tiba-tiba terbuka, kemudian tertutup dan lampu ruangan mati. Amir
dan Anton lari keluar. Dari sekilas gambaran adegan tersebut dapat diketahui
lampu yang akan digunakan dan efek cahaya yang dihasilkan. Setiap perubahan
pencahayaan menjadi catatan dan bisa dijadikan cue. Dalam gambar dijelaskan ada
empat cue perubahan.
Pada saat
adegan dimulai, lampu sudah dipreset sehingga tingal dinaikkan intensitasnya.
Cue perubahan tata cahaya pertama adalah ketika Anton dan Amir masuk ke
ruangan, duduk di kursi dan menyalakan lampu yang ada di dekat kursi. Efek
cahaya dari lampu yang dinyalakan ini menjadi penanda perubahan. Cue perubahan
kedua terjadi ketika pintu terbuka dan efek cahaya bulan masuk melalui pintu.
Demikian seterusnya sampai adegan tersebut berakhir dan lampu panggung dipadamkan
(black out).
3.5.9
Gambar Desain Tata Cahaya
Untuk
memberikan gambaran teknis yang lebih jelas, perlu digambarkan tata letak
lampu. Berdasar pada plot tata cahaya yang dibuat maka rencana penataan lampu
bisa digambarkan. Semua jenis dan ukuran lampu yang akan digunakan digambarkan
tata letaknya. Sebelum menggambarkan tata letak lampu perlu diketahui dulu
simbolsimbol lampu. Simbol gambar lampu mengelami perkembangan. Hal ini
berkaitan dengan jenis lampu yang tersedia dan umum digunakan. Gambar di bawah
memperlihatkan simbol-simbol lampu yang biasa digunakan.
Banyak
sekali jenis dan ukuran lampu yang dikeluarkan oleh pabrikan. Masing-masing
perusahan memiliki gambar simbol yang berbeda menyangkut bentuk luar lampu
produksinya. Dulu, perusahaan Strand mengeluarkan lampu yang diproduksi dan
diberi kode “pattern” disingkat “patt” dan nomor serinya. Jadi ada lampu dengan
kode patt 23, patt 247, patt 123, dan lain sebagainya. Untuk mengethui jenis
dan ukuran lampu harus mengingat patt dan nomornya. Cukup menyulitkan. Selain
itu, lampu pada zaman ini memiliki bentuk yang berbeda dengan lampu sekarang
sehingga ketika digambarkan simbolnya berbeda. Sekarang, meskipun bentuk lampu
berbeda tetapi gambar simbolnya lebih mudah untuk diingat karena masing-masing
jenis lampu memiliki kemiripan gambar. Penulisannyapun tidak lagi menggunakan
“patt” tetapi langsung ke jenis lampu beserta besaran wattnya, misalnya fresnel
500 watt, ERS 1 KW, dan lain sebagainya. Gambar simbol lampu dalam gambar 70
sudah bisa digunakan dan dipahami oleh para penata lampu.
Selanjutnya,
gambar tata lampu dibuat dengan menggunakan simbol lampu seperti tersebut di
atas. Gambar pada tahap ini belum bisa menyertakan channel dimmer yang akan
digunakan oleh masing-masing lampu. Gambar tata lampu lebih menitikberatkan
pada peletakkan dan pengarahan jenis lampu yang akan dipasang. Meskipun belum
menyertakan channel dimmer, gambar desain tata letak lampu yang dibuat bisa
dijadikan panduan pencahayaan. Dari gambar di atas dapat dibaca, baris bar yang
digunakan adalah FOH, Bar 1, 2, 3, dan bar siklorama. FOH singkatan dari Front
Of House adalah istilah untuk menyebut baris lampu yang ditata di atas
penonton. Cyc singkatan dari cyclorama (siklorama) baris lampu paling belakang
untuk menyinari layar. Nomor pada lampu hanya berfungsi untuk menghitung jumlah
lampu yang dipasang pada masing-masing bar. Jenis lampu yang digunakan dapat
dibaca dari gambar simbolnya.
3.5.10
Penataan dan Percobaan
Setelah
memiliki gambar desain tata cahaya maka kerja berikutnya adalah memasang dan
mengatur lampu sesuai desain. Proses pemasangan membutuhkan waktu yang lumayan
lama terutama untuk penyesuaian dengan channel dimmer dan control desk. Satu
channel bisa digunakan untuk lebih dari satu lampu. Setiap lampu yang telah
dipasang dalam cahnnel tertentu coba dinyalakan dan diarahkan sesuai dengan
area yang akan disinari. Pengaturan lampu ke channel dimmer atau control desk
diusahakan agar mudah dalam pengoperasian. Artinya, jarak lever satu ke lever
lain diusahakan berdekatan bagi lampu yang hendak dinyalakan secara bersamaan
tanpa preset. Pengaturan sudut pengambilan juga memerlukan ketelitian. Di
sinilah fungsi menghadiri latihan dengan aktor diterapkan. Segala catatan
pergerakan laku dan posisi aktor di atas pentas dapat dijadikan acuan untuk
menentukan sudut pengambilan.
Setelah
semua lampu dipasang dan diarahkan kemudian dicoba dengan mengikuti plot tata
cahaya dari awal sampai akhir. Hal ini untuk mengetahui intensitas maksimal
yang diperlukan, kesesuaian warna cahaya yang dihasilkan serta kemudahan
operasional pergantian cahaya dari adegan satu ke adegan lain. Penata cahaya
mencatat semuanya dengan seksama sehingga ketika tahap ini selesai didapatkan
gambaran lengkap tata cahaya. Gambar tata cahaya sudah bisa dilengkapi dengan
channel dimmer atau nomor di control desk (Gb.273) sehingga tabel lampu yang
terpasang pada masing-masing bar bisa dituliskan dengan lengkap pula.
3.5.11
Pementasan
Tahap
terakhir adalah pementasan. Seluruh kerja tata lampu dibuktikan pada saat malam
pementasan. Kegagalan yang terjadi meskipun sedikit akan mempengaruhi hasil
seluruh pertunjukan. Oleh karena itu, kecermatan dan ketelitian kerja penata
cahaya sangat diperlukan. Penting untuk memeriksa semuanya sebelum jam
pertunjukan dilangsungkan. Jika terdapati kesalahan teknis tertentu masih ada
waktu untuk memperbaikinya. Semua sangat tergantung dari kesiapan tata cahaya
karena tanpa cahaya pertunjukan tidak akan bisa disaksikan.
Sumber :
Santosa,
Eko dkk, 2008, Seni Teater Jilid 2 untuk SMK, Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, h. 377 – 386.
GERAK DALAM TEATER
GERAK DALAM TEATER
OLAH TUBUH
Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk
mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih dahulu kita harus mengenal tentang
olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam), sangat perlu dilakukan
sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita
akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal.
Selain itu olah tubuh juga mempunyai
tujuan melatih atau melemaskan otot‑otot kita supaya elastis, lentur, luwes dan
supaya tidak ada bagian‑bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan
nanti.
Pelaksanaan olah tubuh :
- Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yana kita punyai, tentang segala rakhmat yang dianugerahkan kepada kita. Dengan memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, yang mana semuanya itu merupakan rakhmat Tuhan yarig diberikan kepada kita.
- Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.
-
Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakanq, ke kiri, ke kanan.
Ingat kepala/leher dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk.
-
Putar kepala pelan‑pelan dan rasakan lekukan‑lekukan di leher, mulai dari muka.
kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan
berkali‑kali. Ingat, pelan‑pelan dan rasakan !
-
Putar bahu ke arah depan berkali‑kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih dahulu, baru
kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.
-
Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang.
Demikian pula sebaliknya.
-
Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar
tangan keseluruhan. Lakukan berkali‑kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian
tangan kiri, baru bersama‑sama.
-
Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.
-
Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada
kaki kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan,
putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.
-
Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari‑lari di tempat dan
meloncat‑loncat.
Macam‑Macam Gerak :
Setiap orang memerlukan gerak dalam
hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan manusia. Dalam latihan dasar
teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam‑macam gerak Latihan‑latihan
mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang
berkecimpung dalam bidang teater.
Pada dasarnya gerak dapat dibaqi menjadi dua, yaitu
1. Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang
lahir dari keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam
naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah
drama.
2. Gerak non teaterikal
Gerak non teaterikal adalah gerak kita
dalam kehidupan sehari‑hari.
Gerak yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada
bermacam‑macam, secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak
halus dan gerak kasar.
- Gerak Halus
Gerak halus adalah gerak
pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi dengan
ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah,
sedih, gembira, dsb.
- Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak
dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak
kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu :
- Business, adalah gerak‑gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya :
-
sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak‑gerakkan
tangan atau kaki mengikuti irama musik.
-
sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks
tangan kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi
kita pada belajar.
- Gestures, adalah gerak‑gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb.
- Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung‑gulung, melompat, dsb.
- Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb.
Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal
ini harus benar-benar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang
pemain apa maksud dan maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu.
Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan
“gerak-gerak dasar”. Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi
menjadi tiga bagian, yaitu :
·
Gerak dasar bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya
boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas
kepala kita.
·
Gerak dasar tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai
dari bawah sampai diatas kepala.
·
Gerak dasar atas : di sini kita boleh bergerak
sebebas-bebasnya tanpa ada batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas
kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah
dan artistik.
Latihan-latihan
gerak yang lain :
- Latihan cermin.
dua orang berdiri berhadap-hadapan satu
sama lain. Salah seorang lalu membuat gerakan dan yang lain menirukannya,
persis seperti apa yang dilakukan temannya, seolah-olah sedang berdiri didepan
cermin. Latihan ini dilakukan bergantian.
- Latihan gerak dan tatap mata.
sama dengan latihan cermin, hanya waktu
berhadapan mata kedua orang tadi saling tatap, seolah kedua pasang mata sudah
saling mengerti apa yang akan digerakkan nanti.
- Latihan melenturkan tubuh.
seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu
mengangkat tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum
dijatuhkan lengan / tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu.
- Latihan gerak bersama.
suatu kelompok yang terdiri dari beberapa
orang melakukan gerakan yang sama seperti dilakukan oleh pemimpin kelompok
tersebut, yang berdiri didepan mereka.
- Latihan gerak mengalir.
suatu kelompok yang terdiri beberapa orang
saling bergandengan tangan, membentuk lingkaran. Kemudian salah seorang mulai
melakukan gerakan ( menggerakkan tangan atau tubuh ) dan yang lain
mengikuti gerakan tangan orang yang menggandeng tangannya. Selama melakukan
gerakan, tangan kita jangan sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini
dilakukan dengan memejamkan mata dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk
gerakan yang artistik.
AKTING YANG BAIK
Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa
gerak.
Dialog yang baik ialah dialog yang :
1. terdengar
(volume baik)
2. jelas
(artikulasi baik)
3. dimengerti
(lafal benar)
4. menghayati
(sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Gerak yang baik ialah gerak yang :
1. terlihat
(blocking baik)
2. jelas
(tidak ragu‑ragu, meyakinkan)
3. dimengerti
(sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
4. menghayati
(sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Penjelasan :
1. Volume
suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh
2. Artikulasi
yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas
dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata‑kata
yang diucapkan menjadi tumpang tindih.
3. Lafal
yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang
dipakai . Misalnya berani yang berarti "tidak takut" harus diucapkan berani
bukan ber‑ani.
4. Menghayati
atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan
yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah
5. Blocking
ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan
yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain
yang ditutupi.
Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan
tubuh daripada terlihat sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur
dengan patokan sebagai berikut :
1. Kalau
berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.
2. Kalau
berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.
Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan
sampai seluruh pemain mengelompok di satu tempat. Dalam hal mengatur balance,
komposisinya:
1. Bagian
kanan lebih berat daripada kiri
2. Bagian
depan lebih berat daripada belakang
3. Yang
lebar lebih berat daripada yang sempit
4. Yang
terang lebih berat daripada yang gelap
5. Menghadap
lebih berat daripada yang membelakangi
Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat
tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung
1. Jelas,
tidak ragu‑ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan
jangan setengah‑setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu‑ragu
terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting
2. Dimengerti,
berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum
gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan
kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.
3. Menghayati
berarti gerak‑gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan
peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
MEDITASI dan KONSENTRASI
MEDITASI
Secara umum meditasi artinya adalah
menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan
diri.
Tujuan Meditasi :
1.
Mengosongkan pikiran.
Kita mencoba mengosongkan
pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada dalam pikiran kita,
tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan
sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas
dari segala beban dan ikatan.
2.
Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita
sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan
dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan
sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita
sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita
dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.
Cara meditasi :
- Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.
- Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita.
- Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.
Catatan :
Pada suatu saat mungkin
kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam
setiap gerak dan ucapan. Hal ini
sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika
hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia
belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu
dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan
diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.
KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita
mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran
yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain,
sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.
Cara konsentrasi :
- Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-cara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi.
- Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran. Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan teater.
Catatan :
Pada saat kita akan
membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan
sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita
pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.
Langganan:
Postingan (Atom)